Kamis, 28 November 2013

Tokoh Perlawanan Diskriminasi

        Diskriminasi, pasti anda pernah atau sering mendengar kata ini. Apa yang akan anda pikirkan jika mendengar hal tersebut? Seseorang yang diasingkan? Diperlakukan secara tidak adil? Kaum yang terpinggirkan karena berbeda dengan yang lainnya? Dan bagaimana bila itu terjadi pada lingkungan, keluarga, kerabat, teman atau anda sendiri yang mengalaminya? Ya, diskriminasi tidak pandang bulu. Dia bisa menyerang siapa saja. Mulai dari anak – anak, remaja, hingga orang tua. Penyebabnya pun banyak, mulai karena perbedaaan ras, agama, suku, gender, dan juga yang lainnya. Diskriminasi juga terjadi di seluruh dunia. Mulai dari Negara - negara yang memiliki mayoritas agama dan suku seperti eropa sampai Negara yang penduduknya majemuk seperti Indonesia dan Amerika.
         Disini kita akan membahas beberapa tokoh – tokoh yang berperan penting dalam melawan diskriminasi. Siapakah dia?

1. Marthin Luther King Jr.

        Martin Luther King Jr. adalah pahlawan yang menolak tentang rasialisme yang dengan membedakan warna kulit sebagai pembeda di tiap manusia di kala itu di Negeri Paman Sam. lahir di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, 15 Januari 1929.Sepanjang hidupnya, King tidak pernah berhenti untuk menyuarakan keadilan dan kesetaraan hak-hak manusia. Semenjak gerakan pertama pada tahun 1955, ia berhasil memperjuangkan hak-hak kaum Negro. Dengan kepemimpinannya yang kuat, dibarengi juga dengan kemampuan berpidato yang belum pernah ada sebelumnya, ia memberi kekuatan bagi banyak warga Negro yang selama bertahun-tahun menerima ketidakadilan. Upayanya ini membuka jalan bagi penerapan hukum baru yang jauh lebih adil.
Martin Luther King Jr. adalah juru bicara gerakan non-kekerasan untuk memperjuangkan hak-hak sipil. King melakukan protes atas diskriminasi rasial dalam hukum federal dan negara bagian hingga tewas dibunuh di Memphis, Tennessee pada tahun 1968.


2. Mahatma Gandhi

Ia mengawali karirnya sebagai seorang pengacara di Afrika Selatan, di mana ia menemukan berbagai persoalan rasial untuk pertama kalinya. Suatu ketika, dalam perjalanan di atas kereta api menuju Pretoria, Gandhi diminta meninggalkan kursi penumpang kelas satu yang ditumpanginya meskipun ia telah membayar tiketnya. Kondektur kereta yang berkulit putih itu dengan sinis mengatakan bahwa selain orang kulit putih tidak diperkenankan menempati kursi kelas utama. Tetapi Gandhi menolak dan bersikeras untuk tetap menempati kursi yang telah dibayarnya itu. Karena penolakan ini, sang kondektur menurunkannya di sebuah stasiun kecil.

Konon, itulah salah satu kejadian yang kemudian membuatnya selalu berjuang untuk keadilan. Dia selalu mencontohkan bahwa kita dapat melawan ketidak adilan tanpa melakukan kekerasan. Semasa di Afrika Selatan-lah Gandhi mulai mengembangkan idenya yang disebut Ahimsa atau anti-kekerasan, dan mengajarkan orang-orang India yang hidup di sana bagaimana menerapkan Ahimsa untuk mengatasi berbagai ketidak adilan yang mereka alami. Metode yang disebut juga sebagai perlawanan pasif atau anti-bekerjasama dengan mereka yang melakukan ketidak-adilan. Gandhi yakin bahwa, dengan menolak-bekerjasama, si oknum akhirnya akan menyadari kesalahannyadan kemudian menghentikan sikap tak adilnya.
           
Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim.

Nehru, Perdana Menteri India, menyebut Gandhi sebagai tokoh terbesar India setelah Gautama, sang Buddha. Ketika diminta untuk mengomentari tentang Gandhi, Einstein mengatakan: "Pada saatnya akan banyak orang yang tak percaya dan takjub bahwa pernah hidup seorang seperti Gandhi di muka bumi". Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris, menyebutnya 'Naked Fakir'.

3.       Nelson Mandela

Nelson Mandela lahir pada 18 Juli 1918 di Umata,Transkei,Afrika Selatan. Bibit Apertheid di Afrika Selatan sudah ditancapkan semenjak kedatangan para bule pendatang pada tahun 1652. Tepatnya adalah ketika orang Belanda menjadi penduduk kulit putih yang pertama kali menetap di Afrika selatan. Pandangan kaum kulit putih yang parsial terhadap kulit hitam kemudian melahirkan perbudakan. Permukiman para kulit hitam terpisah jauh dari perumahan penduduk kulit putih. Sumpek, kumuh dan berpagar rapat.

                  Prinsip Apertheid terus berlanjut. Prinsip inilah yang mendasari setiap tarikan dan embusan napas kehidupan di Afrika Selatan. Pada tahun 1960, Nelson Mandela membakar buku pasnya sebagai protes tehadap Apertheid. Buku pas ini harus dibawa oleh semua orang kulit hitam dan ditunjukkan setiap diminta oleh petugas kulit putih.

Dalam situasi itulah Nelson Mandela melakukan perjuangan. Akibatnya, dia kerap keluar masuk penjara karena dituding sebagai biang kerusuhan. Mandela menyatakan sikapnya agar orang-orang kulit hitam bisa berdiri sama tinggi dengan segelintir orang kulit putih yang berkuasa di tanah leluhur orang hitam. 

Sejak turun ke dunia politik, Mandela di mata masyarakat dan pemerintahan Afrika Selatan belum dianggap sebagai figur istemewa dan melegenda. Barulah dalam pengadilan pada tahun 1956-1960, dia mulai dilihat oleh para pengamat politik sebagai figur yang istemewa. Di pengadilan ini, tim pengacara mengundurkan diri dan Mandela memutuskan untuk melakukan pembelaan sendiri. Di sinilah dia memperlihatkan kecerdasannya dan berkat itulah 165 orang kulit hitam yang menjadi tersangka dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan.


Kisah tentang Mandela berlanjut ketika anatara tahun 1982 hingga 1988, dia menghuni Penjara Pollsmoor. Penjara ini pun gagal mengurung cita-citanya, hanya fisiknya saja yang terkurung. Para pemimpin dunia yang kagum dengan perjuangan Mandela sering mengunjungi Pollsmoor.


Pada 11 Februari 1990, Nelson Mandela dibebaskan. Pada saat inilah terlihat betapa besarnya dukungan masyarakat Afrika Selatan dan dunia terhadapnya. Pada hari itu dia menerima ucapan selamat dari 30 pemimpin negara dan organisai internasional. Sebagian kepala negara juga memberikan pujian dan sekalamat ketika Mandela mengunjungi PBB pada 22 Juni 1990.
Pembebasan Mandela menempatkan Afrika Selatan dalam jalur bersejarah menuju pemilihan umum semua ras pada tahun 1994. Presiden de Klerk berselisih sengit dengan Mandela menjelang pemilu tersebut, tetapi kedua tokoh tersebut kemudian berbagi Nobel Perdamaian pada tahun 1993. Mandela memberikan penghormatan kepada de Klerk karena telah mengalihkan negeri mereka dari ambang rasial.

Sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar