Diskriminasi,
pasti anda pernah atau sering mendengar kata ini. Apa yang akan anda pikirkan
jika mendengar hal tersebut? Seseorang yang diasingkan? Diperlakukan secara
tidak adil? Kaum yang terpinggirkan karena berbeda dengan yang lainnya? Dan
bagaimana bila itu terjadi pada lingkungan, keluarga, kerabat, teman atau anda
sendiri yang mengalaminya? Ya, diskriminasi tidak pandang bulu. Dia bisa
menyerang siapa saja. Mulai dari anak – anak, remaja, hingga orang tua. Penyebabnya
pun banyak, mulai karena perbedaaan ras, agama, suku, gender, dan juga yang
lainnya. Diskriminasi juga terjadi di seluruh dunia. Mulai dari Negara - negara
yang memiliki mayoritas agama dan suku seperti eropa sampai Negara yang
penduduknya majemuk seperti Indonesia dan Amerika.
Disini
kita akan membahas beberapa tokoh – tokoh yang berperan penting dalam melawan
diskriminasi. Siapakah dia?
1. Marthin Luther King Jr.
Martin Luther King Jr.
adalah pahlawan yang menolak tentang rasialisme yang dengan membedakan warna
kulit sebagai pembeda di tiap manusia di kala itu di Negeri Paman Sam. lahir di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, 15 Januari 1929.Sepanjang hidupnya, King tidak pernah berhenti untuk menyuarakan
keadilan dan kesetaraan hak-hak manusia. Semenjak gerakan pertama pada tahun
1955, ia berhasil memperjuangkan hak-hak kaum Negro. Dengan kepemimpinannya
yang kuat, dibarengi juga dengan kemampuan berpidato yang belum pernah ada
sebelumnya, ia memberi kekuatan bagi banyak warga Negro yang selama
bertahun-tahun menerima ketidakadilan. Upayanya ini membuka jalan bagi
penerapan hukum baru yang jauh lebih adil.
Martin Luther King Jr.
adalah juru bicara gerakan non-kekerasan untuk memperjuangkan hak-hak sipil.
King melakukan protes atas diskriminasi rasial dalam hukum federal dan negara
bagian hingga tewas dibunuh di Memphis, Tennessee pada tahun 1968.
2. Mahatma Gandhi
Ia mengawali karirnya sebagai seorang
pengacara di Afrika Selatan, di mana ia menemukan berbagai persoalan rasial
untuk pertama kalinya. Suatu ketika, dalam perjalanan di atas kereta api
menuju Pretoria, Gandhi diminta meninggalkan kursi penumpang kelas satu yang
ditumpanginya meskipun ia telah membayar tiketnya. Kondektur kereta yang
berkulit putih itu dengan sinis mengatakan bahwa selain orang kulit putih tidak
diperkenankan menempati kursi kelas utama. Tetapi Gandhi menolak dan bersikeras
untuk tetap menempati kursi yang telah dibayarnya itu. Karena penolakan ini,
sang kondektur menurunkannya di sebuah stasiun kecil.
Konon, itulah salah satu kejadian yang kemudian membuatnya selalu berjuang untuk keadilan. Dia selalu mencontohkan bahwa kita dapat melawan ketidak adilan tanpa melakukan kekerasan. Semasa di Afrika Selatan-lah Gandhi mulai mengembangkan idenya yang disebut Ahimsa atau anti-kekerasan, dan mengajarkan orang-orang India yang hidup di sana bagaimana menerapkan Ahimsa untuk mengatasi berbagai ketidak adilan yang mereka alami. Metode yang disebut juga sebagai perlawanan pasif atau anti-bekerjasama dengan mereka yang melakukan ketidak-adilan. Gandhi yakin bahwa, dengan menolak-bekerjasama, si oknum akhirnya akan menyadari kesalahannyadan kemudian menghentikan sikap tak adilnya.
Pada 30
Januari 1948, Gandhi dibunuh
seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim.
Nehru, Perdana Menteri India, menyebut Gandhi sebagai tokoh
terbesar India setelah Gautama, sang Buddha. Ketika
diminta untuk mengomentari tentang Gandhi, Einstein mengatakan: "Pada
saatnya akan banyak orang yang tak percaya dan takjub bahwa pernah hidup
seorang seperti Gandhi di muka bumi". Winston Churchill, Perdana Menteri
Inggris, menyebutnya 'Naked Fakir'.
3.
Nelson Mandela
Nelson Mandela lahir pada 18 Juli 1918 di Umata,Transkei,Afrika Selatan. Bibit
Apertheid di Afrika Selatan sudah ditancapkan semenjak kedatangan para bule
pendatang pada tahun 1652. Tepatnya adalah ketika orang Belanda menjadi
penduduk kulit putih yang pertama kali menetap di Afrika selatan. Pandangan kaum kulit putih yang
parsial terhadap kulit hitam kemudian melahirkan perbudakan. Permukiman para
kulit hitam terpisah jauh dari perumahan penduduk kulit putih. Sumpek, kumuh
dan berpagar rapat.
Prinsip Apertheid terus berlanjut. Prinsip inilah
yang mendasari setiap tarikan dan embusan napas kehidupan di Afrika Selatan.
Pada tahun 1960, Nelson Mandela membakar buku pasnya sebagai protes tehadap
Apertheid. Buku pas ini harus dibawa oleh semua orang kulit hitam dan
ditunjukkan setiap diminta oleh petugas kulit putih.
Dalam situasi itulah Nelson
Mandela melakukan perjuangan. Akibatnya, dia kerap keluar masuk penjara karena
dituding sebagai biang kerusuhan. Mandela menyatakan sikapnya agar orang-orang
kulit hitam bisa berdiri sama tinggi dengan segelintir orang kulit putih yang
berkuasa di tanah leluhur orang hitam.
Sejak turun ke dunia politik, Mandela di mata
masyarakat dan pemerintahan Afrika Selatan belum dianggap sebagai figur
istemewa dan melegenda. Barulah dalam pengadilan pada tahun 1956-1960, dia
mulai dilihat oleh para pengamat politik sebagai figur yang istemewa. Di
pengadilan ini, tim pengacara mengundurkan diri dan Mandela memutuskan untuk
melakukan pembelaan sendiri. Di sinilah dia memperlihatkan kecerdasannya dan
berkat itulah 165 orang kulit hitam yang menjadi tersangka dinyatakan tidak
bersalah dan dibebaskan.
Kisah tentang Mandela berlanjut ketika anatara
tahun 1982 hingga 1988, dia menghuni Penjara Pollsmoor. Penjara ini pun gagal
mengurung cita-citanya, hanya fisiknya saja yang terkurung. Para pemimpin dunia
yang kagum dengan perjuangan Mandela sering mengunjungi Pollsmoor.
Pada 11 Februari 1990, Nelson Mandela dibebaskan.
Pada saat inilah terlihat betapa besarnya dukungan masyarakat Afrika Selatan
dan dunia terhadapnya. Pada hari itu dia menerima ucapan selamat dari 30
pemimpin negara dan organisai internasional. Sebagian kepala negara juga
memberikan pujian dan sekalamat ketika Mandela mengunjungi PBB pada 22 Juni
1990.
Pembebasan Mandela menempatkan Afrika Selatan
dalam jalur bersejarah menuju pemilihan umum semua ras pada tahun 1994.
Presiden de Klerk berselisih sengit dengan Mandela menjelang pemilu tersebut,
tetapi kedua tokoh tersebut kemudian berbagi Nobel Perdamaian pada tahun 1993.
Mandela memberikan penghormatan kepada de Klerk karena telah mengalihkan negeri
mereka dari ambang rasial.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar