Minggu, 14 Desember 2014

Studi: Pria Perokok Berisiko Kehilangan Kromosom Y Tiga Kali Lipat


Pria perokok memiliki risiko kehilangan kromosom Y tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan pria non-perokok. Hal tersebut diungkapkan oleh sebuah studi yang belum lama ini dilakukan.

Studi itu untuk mengetahui mengapa pria mengembangkan dan meninggal karena banyak jenis kanker pada tingkat yang tidak proporsional dibandingkan dengan wanita.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science, para peneliti di Uppsala University di Swedia menemukan bahwa kromosom Y, yang penting untuk penentuan seks dan produksi sperma, cenderung menghilang dari sel-sel darah seorang pria perokok dibandingkan pria yang tidak pernah merokok atau pria yang telah berhenti merokok.

Karena hanya pria yang memiliki kromosom Y, maka temuan tersebut memberikan jawaban, mengapa merokok merupakan faktor risiko kanker yang lebih tinggi di kalangan pria dibandingkan wanita, seperti dilansir Reuters, 4 Desember 2014.

"Terdapat korelasi antara faktor risiko umum dan faktor risiko yang dapat dihindari, yaitu merokok, dan mutasi manusia yang paling umum adalah hilangnya kromosom Y," kata Jan Dumanski, seorang profesor di Uppsala University yang melakukan studi ini.

Ia juga menjelaskan bahwa temuan tersebut mungkin dapat menjelaskan mengapa pria pada umumnya memiliki jangka hidup yang lebih pendek daripada wanita dan mengapa merokok lebih berbahaya bagi pria.

Selain kanker paru-paru, merokok memiliki deretan faktor risiko utama untuk mengidap berbagai penyakit serius seperti penyakit jantung, stroke dan tekanan dara tinggi. Data epidemiologi menunjukkan pria perokok memiliki risiko mengidap kanker paru-paru yang lebih tinggi dibandingkan wanita perokok.

Tim peneliti studi menganalisa data lebih dari 6.000 pria dengan usia, kebiasaan olahraga, kadar kolesterol, status pendidikan, asupan alkohol, faktor perilaku dan berbagai kondisi kesehatan yang beragam. Mereka kemudian menemukan bahwa pada pria perokok, hilangnya kromosom Y tampaknya tergantung dengan dosis rokok mereka.

Dengan kata lain, pria yang dalam sehari menghabiskan banyak rokok kehilangan lebih banyak kromosom Y, sedangkan pria yang telah berhenti merokok mampu mendapatkan kembali kromosom Y mereka.

Lars Forsberg, yang juga bekerja pada studi ini, mengatakan fakta ini memberikan kemungkinan bahwa hilangnya kromosom Y akibat kebiasaan merokok mungkin saja bersifat reversibel.

"Temuan ini bisa sangat persuasif untuk memotivasi perokok agar segera berhenti," katanya.

Sementara itu, para peneliti belum mengetahui apa kaitan antara kehilangan kromosom Y dalam sel darah dengan perkembangan kanker. Dugaan sementara yang paling mungkin terjadi ialah kapasitas sel-sel kekebalan dalam darah yang telah kehilangan kromosom Y berkurang untuk melawan sel-sel kanker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar