Selasa, 27 Januari 2015

Kuliah Umum Peran Pemuda dalam menghadapi tantangan Indonesia ke Depan

Pemuda memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, selain itu juga sangat menentukan dalam mengarahkan tujuan bangsa Indonesia, yaitu menjadi bangsa yang kuat dan dapat berdiri di atas tanah dan kaki sendiri. Begitulah kalimat yang disuarakan oleh Pangdam Jaya/Jayakarta, Mayjen TNI Agus Sutomo saat menjadi pembicara pada kuliah umum di auditorium gedung 46 kampus D Universitas Gunadarma.

Foto bersama antara Pangdam Kodam Jaya, Rektor UG, dan perwakilan mahasiswa.

Kuliah umum tersebut berjudul “Peran Pemuda Palam Menghadapi Tantangan Indonesia Ke Depan” yang dimulai sekitar pukul 14.30 WIB. Acara dimulai dengan sambutan dari ketua pelaksana dan Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr E.S. Margianti. Lalu dilanjutkan dengan pengenalan singkat oleh Mayjen TNI Agus Sutomo.

Suasana saat seminar berlangsung

Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang dalam proses merebut kemerdekaan. VOC datang ke Nusantara pada tahun 1602 dan mulai melakukan kolonialisasi pada daerah-daerah jajahannya. Dikarenakan dampaknya yang sangat merugikan kaum pribumi, maka kaum terpelajar mulai tergerak dan mendirikan organisasi pergerakan Indonesia yang bernama Budi Utomo tahun 1908. Dan pada saat inilah mulai muncul istilah Indonesia serta awal dari pergerakan Nasional.

Berlanjut ke tahun 1928, para pemuda Indonesia mulai menyadari bahwa mereka memiliki kesamaan nasib dan merasa sepenanggung seperjuangan. Maka, diadakanlah Kongres Pemuda dan melahirkan Sumpah Pemuda yang berisi bahwa para pemuda-pemudi Indonesia memiliki satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Dan pada akhirnya pada tahun 1945, impian segenap bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan saat dibacakan proklamasi pada 17 Agustus 1945. Dari peristiwa diatas, sangat banyak peran pemuda pada kejadian-kejadian lampau. Mereka bertaruh jiwa raga, juga berfikir keras bagaimana caranya agar Indonesia mencapai kata “Merdeka”. 


Kemerdekaan tidak didapat dengan mudah. Orang-orang terdahulu mengorbankan segalanya melepaskan diri dari kejamnya penjajahan.

Pada zaman sekarang, di tangan para pemuda-lah Indonesia bangkit dari keterpurukannya saat mencapai Indonesia Emas pada 2045. Tantangan besar telah menanti mereka dengan ancaman dari dalam dan luar. Banyak negara di dunia tengah mengalami konflik karena mereka dipengaruhi oleh kekuatan dari negara barat. Kebanyakan negara tersebut adalah negara dengan kepemilikan sumber daya alam melimpah yang menarik minat negara-negara barat. Faktor inilah yang membuat negara-negara seperti Indonesia harus mulai waspada dengan ancaman-ancaman yang ada. Belum lagi Indonesia juga terletak di garis khatulistiwa, yang berarti memiliki kekayaan sumber daya alam.


Peta kepemilikan asing di Indonesia. Tidak terbayang berapa banyak kekayaan Indonesia yang diambil habis-habisan oleh asing.

Indonesia juga dihadapkan ada krisis energi dalam mencapai Indonesia emas. Diperkirakan, Indonesia akan mengalami kekosongan energi pada tahun 2023, lebih cepat daripada perkiraan energi dunia yang juga akan habis pada 2056. Ini disebabkan dikarenakan jumlah penduduk yang makin banyak, namun tidak dapat dibarengi dengan kecukupan Sumber Daya Alam. Belum lagi dengan ekploitasi besar-besaran hasil bumi Indonesia yang makin tahun, makin dikeruk oleh bangsa asing. Apabila pemerintah tidak dapat mengatasi masalah ini, bukan tidak mungkin bila seluruh kendaraan akan mogok, perusahaan akan tutup, dan ini akan berakibat pada lumpuhnya perekonomian Indonesia yang berujung pada stabilitas dan keamanan NKRI. Inilah saat dimana pemerintah harus gencar mencari sumber daya terbarukan, dengan memanfaatkan tanaman-tanaman Indonesia yang berpotensi dapat digunakan sebagai energi biogas. 

Penegakan kedaulatan juga sangat penting dalam menjaga tegaknya NKRI. Ancaman dari luar juga datang dari politik. Wilayah Indonesia dikepung oleh FDA (Five Power Defence Arrangements) yang kesemuanya merupakan negara-negara yang tergabung dalam commonwealth atau persemakmuran Inggris. Para prajurit dan rakyat Indonesia harus siap siaga untuk menjaga setiap jengkal wilayah NKRI apabila negara-negara tersebut mulai melakukan ancaman.

Five Nation Power Arrangements. Negara-negara yang tergabung didalamnya terlihat tengah "mengepung" Indonesia.

Kini Indonesia sudah menghadapi proxy war, yaitu melibatkan pihak ketiga dalam menganggu kestabilan nasional. Ini sudah mulai terlihat dari beberapa kejadian seperti demo yang merusak, tawuran, Narkoba, serta black campaign dari media apapun. Hal inilah yang dapat memicu keresahan masyarakat dan menyebabkan kemunduran moral bagi para pemuda, padahal mereka punya andil besar dalam meneruskan cita-cita bangsa.

Proxy war merupakan ancaman nyata. Sudah banyak negara yang menjadi korban.

Sudah saatnya kita, khususnya para pemuda mulai menyadari bahwa sebenarnya banyak sekali yang ingin membuat negara kita runtuh. Perlu adanya upaya untuk mewujudkan persamaan pemikiran tentang ancaman dari luar dan dalam. Dimulai dari pembangunan karakter yang positif, lalu dilanjutkan dengan melakukan aksi produktif yang bersifat positif, seperti membuat terobosan-terobosan terbaru dalam bidang IPTEK. Jangan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang memicu perselisihan antar sesama dan terjerumus dalam grobalisasi yang bersifat merusak, serta menjaga pemahaman Pancasila sebagai suatu hal yang dapat membimbing para pemuda dalam menghadapi tantangan dan rintangan baik dari dalam, maupun dari luar dan selalu memegang prinsip hidup yang berisi “Jadilah solusi untuk sesama, bukan jadi masalah”.


Jadilah pemuda yang mencintai negerinya serta berprestasi dalam rangka mencapai Indonesia Emas. 

Apabila hal-hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, bukan tidak mungkin bahwa pemuda Indonesia akan kembali menjadi pemuda yang berani, kritis, serta memperdulikan masa depan tanah airnya dengan sungguh-sungguh, serta akan tercapai tujuan utama bangsa Indonesia, yaitu menjadi bangsa yang mampu menjadi bangsa yang berdaulat, makmur, cerdas, kuat dan dapat berdiri kuat di atas tanah dan kaki sendiri.


Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar